Subscribe & Follow

Minggu, 24 Januari 2016

Film Production Workflow

Hallo gaes! We’re back! Meneruskan pembahasan kemaren dan masih seputar Build Your Own Creative Film, sekarang kita mau ngebahas alur kerja membuat film atau workflow. Secara sederhana ada tiga tahapan dalam proses pembuatan film yaitu; pra produksi, produksi, dan paska produksi. Kita sering menyederhanakannya jadi pra, produksi, dan paska.


Pra-Produksi
Ini adalah langkah awal sebelum memulai produksi. Pencarian tema, ide, penulisan naskah, membentuk tim, persiapan alat, casting talent, dan properti ada di bagian ini. Bisa dikatakan tahap pra-produksi adalah tahapan dimana kita membuat cinema-blueprint. Bagaimana menulis naskah film yang baik? Dan bagaimana mengatasi keterbatasan alat? Sabar, kalian akan temukan detailnya pada tulisan selanjutnya –pasti update-. Oiya, -FYI- untuk membuat film yang layak tonton, pra-produksi ini harus kita lakukan dalam jangka waktu yang lama. Bisa seminggu, sebulan, tiga bulan, bahkan setahun! Lebay? Tentu tidak, sebelum melakukan produksi, naskah haruslah direbus dan digoreng melalui ruang diskusi dengan tim, lalu direvisi lagi disesuaikan dengan beberapa kemungkinan, dan setelah dirasa cukup matang, segera sajikan dan diproduksi.

Diatas adalah foto saya bersama tim ketika produksi film Clan of Caping

Produksi
Oke, setelah tahapan pra-produksi dirasa cukup, next step adalah produksi. Produksi film pendek biasanya dilakukan dalam jangka waktu 1-3 hari, karena jika lebih dari itu tim produksi dan talent akan jenuh, akhirnya film kita mangkrak karena enggak rampung. Sebagai tips, selalu pastikan tahap pra-produksi kita matang agar waktu produksi kita efektif dan efisien.


Pasca-Produksi
Paska-produksi adalah tahapan terakhir, dimana di paska-produksi kita bekerja dalam ruang editing (titling, sound mixing, colour correction, dsb), dubbing –jika perlu-, hingga mendistribusikan film. Seorang editor film memiliki peran penting karena editor sangat menentukan hasil akhir film. Jangan sampai pra dan produksi sudah dibuat secara matang namun karena editing yang asal-asalan akhirnya film yang dibuat berakhir tragis. Nah, bagaimana menjadi editor film yang baik? Bagaimana tips membuat film enak untuk dilihat? Bagaimana mendistribusikan film? Sabar juga, nanti akan kita bahas satu persatu di tulisan berikutnya.

Yup, sampai disini dulu pengetahuan dasar yang perlu kita miliki untuk membangun film. Unsur film lalu workflow, setelah ini mungkin kita akan ngebahas satu persatu tahapan diatas dan kita akan banyak bicara mengenai hal-hal yang bersifat teknis.


Jika ada pertanyaan silahkan kirim via-email ke thibburruhany@gmail.com.

Terimakasih dan sampai ketemu lagi!
Published: By: Thibburruhany - 03.42

Jumat, 22 Januari 2016

BUILD YOUR OWN ‘CREATIVE’ FILM; Unsur Film

Sumber Gambar : http://www.mattcameronfilm.co.uk/2010/07/meta-post-production-workflow.html
Sebelum  ngebahas lebih jauh lagi tentang film dan segalam macam detailnya -lighting, angle kamera, script, penyutradaraan, artistik, dsb- alangkah baiknya jika mengerti tentang pengetahuan dasar film. Dan salah satunya yang akan kita bicarakan lebih lanjut adalah tentang unsur pembentuk film. Pada dasarnya unsur pembentuk film ada dua hal pertama adalah unsur naratif, dan kedua adalah unsur sinematik.

Unsur Naratif
Secara harfiah kata naratif memiliki arti teknik bercerita, lebih lengkapnya unsur naratif dalam film adalah strategi mengirim pesan film kepada penonton melalui ‘teks’. Simpelnya, jika di analogikan dalam dunia sepakbola, sebelum memulai sebuah pertandingan seorang pelatih pasti memiliki strategi dan pola tertentu- 4-4-2, 4-4-3, bahkan 1-10 (satu penyerang dan 10 pemain bertahan)- Nah strategi itulah yang disebut sebagai unsur naratif film. Secara sederhana kita bisa menyebutnya dengan naskah. Naskah ini bentuknya macam-macam, ada naskah untuk sutradara atau biasa disebut director sheet’s, untuk kameramen disebut shot list, untuk artistik ada script breakdown, dan lain sebagainya. Lebih lengkapnya, unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif, setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti; tokoh, masalah / konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk naratif secara keseluruhan.

Unsur Sinematik
Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film, aspek-aspek tersebut adalah; Mise en scene, sinematografi, editing, serta suara. Apa itu Mise en scene? Mise-en-scene; Adalah segala hal yang terletak didepan kamera yang akan diambil gambarnya dalam proses produksi film, berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti “menata dalam scene”. Hampir seluruh gambar yang kita lihat dalam film adalah bagian dari unsur mise-en-scene yang memiliki empat apek utama yaitu setting, kostum dan make up, lighting, serta aktor dan acting.

So, sampai sini dulu. Nanti akan kita bahas lebih terperinci satu persatu mengenai elemen-elemen yang ada dalam unsur pembentuk film. Oh iya, jadi kedua unsur ini merupakan pengetahuan dasar untuk membuat sebuah film yang layak ditonton. Bagaimana jika dalam pembuatannya hanya mengandalkan satu unsur saja? Bisa dan sah-sah saja, tapi menurut pengalaman saya, terkadang memang ada beberapa film –khususnya film indie- yang dari aspek sinematiknya bagus –biasanya sih karena kecanggihan alat- tapi alur filmnya tidak dapat dipahami oleh penonton. Ada juga film yang ide cerita bagus, alurnya keren, tapi gambarnya terlalu old school. Nah, kasus ini banyak ditemukan di sineas-sineas yang masih mencari bentuk filmnya sendiri. Well, relax bro! Saya dulu juga sama kok, hehe.

Oke, bye. See you soon!


Published: By: Thibburruhany - 08.36

Build Your Own 'Creative' Film

Sumber Gambar : http://www.neatorama.com/2008/12/01/behind-the-scenes-star-wars-photos/

Allright, kali ini kita akan membahas hal ‘lain’ dari pada tulisan-tulisan sebelumnya. Setelah sebelumnya melakukan review terhadap film-film produksi Amerika dan Inggris. Kali ini kita akan berbicara tentang bagaimana memproduksi film kreatif. Kenapa harus film dan apa artinya film kreatif? Good question!

Film
Kenapa harus film? Oke, ada beberapa alasan kenapa harus membahas mengenai film. Pertama, secara pribadi ‘film’ adalah sebuah media yang selama ini –hampir 5 tahun- saya tekuni dan ikut aktif terlibat dalam banyak produksi film. Meskipun jam terbang proses saya belum menjamah produksi film layar lebar. Tapi secara garis besar produksi film profesional dan non-profesional prosesnya sama saja, perbedaannya hanya media dan pastinya ‘materi’. Alasan yang kedua, film adalah media yang –menurut saya- mungkin tidak ada media yang akan menggantikannya, maksudnya jika dahulu ada media poster, lalu berkembang menjadi media majalah dan koran, lalu berkembang lagi menjadi media radio, nah terakhir ini media audio visual, dalam bayangan saya di masa yang akan datang tidak akan pernah tergantikan. Apalagi hari ini, fleksibilitas media film yang membuat saya memilih menggeluti bidang ini. Ditambah lagi penggunaan dan kebutuhan film yang semakin kesini semakin urgent. Alasan berikutnya adalah, melalui film, semua jenis dan ilmu seni ada didalamnya. Seni peran, design graphic, musik, artistik, retorika, manajemen, ekonomi, akuntansi, dsb. Sebagai pengetahuan tambahan, film merupakan cabang desain komunikasi visual atau biasa disingkat DKV.

Film Kreatif
Film kreatif? Jika tadi gambaran umum tentang film sudah dibahas diatas, sekarang kita akan mendiskusikan tentang ‘kreatif’. Oke, mungkin jika kata ‘kreatif’ dimasukkan kedalam search bar Google kita akan menemukan beberapa definisi dan teori dan mungkin ada beberapa tips untuk menjadi ‘kreatif’. Tapi ‘kreatif’ yang dimaksud disini adalah bagaimana caranya membuat film dengan memaksimalkan sumber daya –khususnya sumber daya alat dan manusia- yang kita punya lewat ‘kreasi’. Bagaimana tips-tipsnya akan kita bahas nanti. So, Build Your ‘Creative’ Film ini semacam tutorial Do It Yourself tapi khusus ngobrolin masalah film. Seperti bagaimana memaksimalkan konsep cerita film dengan alat yang kita punya, bagaimana mengatasi keterbatasan alat perekam audio, bagaimana tips & tricknya ngedit film termasuk nanti bagaimana caranya memaksimalkan kemampuan komputer/laptop biar kuat ‘ngangkat’ adobe premiere sebagai software editing film.

So, terakhir sebagai referensi, ini film produksi terbaru kami : 


Bacaan Lanjutan : Unsur Pembentuk Film

Published: By: Thibburruhany - 08.31

Selasa, 19 Januari 2016

Film Mr. Holmes (2015) - Holmes yang Menua

HOLMES YANG MENUA

Preview film Mr. Holmes; The Man Beyond The Myth

2015. Crime, Drama, Mystery. a Film by : Bill Condon

 

            Bagi kalian pecinta kisah detektif Sherlock Holmes yang baru-baru saja ‘dimanjakan’ dengan rilisnya serial BBC Sherlock Holmes Season 4 – The Abominable Bride jangan lupa juga menonton film yang satu ini. Sama-sama diproduksi oleh BBC tapi jangan terburu-buru berkspetasi bahwa film ini memiliki alur yang seru seperti penggunaan mindpalace ala Sherlock ‘Benedict’ Holmes. Film yang mengisahkan akhir perjalanan Sherlock sebagai detektif di 221B Baker Street ini, berjalan dengan tempo dan alur yang sangat lambat. Selain karena mengusung genre drama, di film ini Sherlock sudah berumur 93 tahun, sakit-sakitan dan rasanya kurang pas juga kalau bermain di tempo cepat. Tapi tenang, woles, meskipun film ini berjalan dengan tempo yang lambat, film ini memiliki kedalaman cerita dan kerumitan konflik tersendiri bagi penontonnya. Di film ini penonton akan dijebak kedalam tiga konflik dengan seting konflik yang berbeda-beda, pertama konflik Holmes selama ia tinggal di rumah di sebuah pedesaan yang damai, kedua,  Holmes dan kasus terakhirnya, ketiga, perjalanan terakhirnya di Jepang.

           

            Perang dunia telah berakhir ketika Holmes meninggalkan Baker Street menuju ke sebuah rumah tinggalnya di sebuah desa nun-jauh disana. Saat itu Holmes sudah berusia 93 tahun, Dr. John Watson sudah berumah tangga, dan Mycroft-kakaknya-sudah meninggal. Di rumah itu ia tinggal bersama Mrs. Munro-housekepper- dan anaknya Roger. Konflik diawali dengan ingatan Holmes ketika menangani kasus Mr. Kelmot yang menaruh curiga terhadap istrinya sendiri, Ann. Kasus yang telah lama usai ini mengusik ingatannya sebab secara tidak sengaja Holmes membaca kisah kasus itu dari gaya bertutur Dr. Watson yang dibumbui fiksi. Dan Holmes ingin menulis kisah sebenarnya dari kejadian kasus itu, dari sudut pandangnya sendiri. Keinginan ia untuk menulis semakin kuat setelah kasusnya itu diproduksi menjadi sebuah film yang ‘lebay’. Nah, disinilah konflik semakin rumit karena Holmes tua mengidap penyakit pikun. Semakin rumit lagi, Mrs. Munro merasa tidak betah dan ingin pindah ke Portsmouth meskipun anaknya-Roger- menolak untuk ikut.

 

            Well, singkat cerita Holmes berjuang lagi untuk memunculkan potongan-potongan memorinya yang hilang karena pikun beruntung Roger ada di pihaknya untuk membantu Holmes menemukan serpihan yang hilang itu. Kasus terakhir dianggap Holmes sebagai kasus yang spesial karena akhir yang tragis sebab ia tidak berhasil meyakinkan Ann, alih-alih berhasil ia malah memilih bunuh diri. Cuplikan dialog Sherlock dalam film Mr. Holmes : “i had successfully deduced the facts of her case, but i had failed to grasp their meaning. Never had i felt such an incomprehensible emptiness within myself.” Dalam opini saya, film ini berusaha menunjukkan bahwa sehebat apapun Holmes, ia tetaplah manusia biasa sebagai mahkluk sosial yang membutuhkan bantuan orang-orang disekitarnya. Ini sekaligus menjadi anti-thesis Holmes yang pernah mengatakan bahwa ia adalah seorang sociopath. -Bagi kalian yang mengikuti serial Sherlock Holmes di BBC Chanel pasti pernah mendengar bahwa ia adalah sociopath bukan psychopath.-

           

            Oke, sebagai pecinta kisah detektif yang satu ini kalian harus tonton film Mr. Holmes. Ya, satu dua kali memang kadang agak sebel juga ngeliat Sherlock yang biasanya berpikir dengan cepat dan tepat berubah jadi Sherlock yang pikun. Tapi terlepas dari semua itu, saya harus mengacungi jempol dan setuju dengan pendapat Alex Billington dari First Showing yang mengatakan bahwa Ian McKellen-pemeran utamanya- is magnificient as Sherlock Holmes. Selamat menonton dan salam sherlockian !

Published: By: Thibburruhany - 08.32

Islam Politik di Dunia Kontemporer

RESUME

ISLAM POLITIK DI DUNIA KONTEMPORER

KONSEP, GENEALOGI, DAN TEORI[1]

Thibburruhany

 

Pendahuluan

            Buku berjudul Islam Politik di Dunia Kontemporer; Konsep, Genealogi, dan Teori karya Noorhaidi Hasan ini dilatar belakangi dari perhatian para pengamat dan masyarakat Dunia terhadap Islam setelah peristiwa hancurnya menara WTC pada 11 September 2001. Perhatian ini terpusat pada Islam politik, sebuah konsep yang lebih dulu berkembang di kalangan para sarjana dan pemerhati dunia Islam menyusul pecahnya revolusi Iran 1979. Namun belakangan konsep Islam politik ini belum menemukan rumusan dan definisi yang jelas menyusul berbagai perdebatan dari berbagai kalangan sebab setiap sarjana, pengamat, ataupun pengambil kebijakan memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang Islam politik, seturut disiplin keilmuwan, pendekatan yang digunakan, dan kepentingan mereka masing-masing. Buku ini dimaksudkan untuk menjadi referensi yang memadai sekaligus sebuah upaya untuk dapat memahami fenomena ini secara lebih jernih dan komperhensif. Fenomena Islam politik dalam dunia kontemporer dalam buku ini diawali dengan pembahasan mengenai definisi dan konsep Islam Politik. Lalu dalam bab-bab selanjutnya secara berurutan membahas mengenai, genealogi islam politik, ideologi islam politik, sosiologi islam politik, teori gerakan sosial dan analisis wacana kritis, serta terakhir adalah milisia islamis, demokrasi, dan multikulturalisme pengalaman Indonesia.

 

Definisi dan Konsep Islam Politik

            Sebagaimana disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa upaya pendefinisian dan parameter apa yang bisa digunakan untuk mengkategorisasikan sesuatu sebagai Islam politik selalu berujung pada perdebatan dari berbagai kalangan. Berbagai pendapat mengemuka dari yang bernada positif, negatif, sampai peyoratif terhadap pemakaian istilah Islam Politik. Gilles Keppel[2] mendefiniskan Islam politik sebagai gejala sosial-politik di berbagai belahan dunia yang berkaitan dengan aktivitas kelompok individu Muslim yang bergerak berdasarkan landasan ideologi yang diyakini bersama. Oliver Roy mengajukan definisi serupa meski dalam hal ini ia menggaris bawahi tentang terwujudnya ‘Negara Islam’. Nazih Ayyubi menganggap bahwa Islam politik merupakan fenomena yang berkaitan dengan doktrin dan atau gerakan yang meyakini Islam memiliki teori politik dan negara. Dimana Islam kontemporer berkembang sebagai konsekuensi persinggungan antara agama dan politik. Sekaligus menunjukkan nuansa aktivisme yang bertujuan mendorong terjadinya perubahan. Islam ditegaskan bukan sekedar agama, namun juga sebagai ideologi politik. Islam politik adalah sebuah istilah yang dapat digunakan untuk menggambarkan gejala politik keagamaan kontemporer di kalangan masyarakat Muslim yang mengambil beragam bentuk, dari pemikiran, wacana, aksi dampai gerakan yang semuanya itu didasari oleh sebuah ideologi yang bertujuan mengubah sistem yang berlaku menjadi sistem Islami.

            Sebagai gelaja modern yang memperlihatkan persinggungan antara agama dan politik berhadapan dengan arus perubahan sosial, Islam politik melahirkan berbagai varian pemikiran, aksi dan gerakan. Di dalam islam politik melekat visi tentang perubahan terhadap sistem yang berlaku baik secara perlahan-lahan dan parsial maupun serta-merta dan radikal. Dari sinilah lahir radikalisme Islam dimana ia memiliki dua ciri terpenting yaitu, visi tentang tatanan politik Islam yang menolak legitimasi negara-bangsa berdaulat modern dan berupaya mendirikan pemerintahan pan-Islam ataupun merevitalisasi sistem kekhalifahan. Serta penekanan terhadap perjuangan kekerasan (jihad) sebagai metode utama dan bahkan satu-satunya yang dianggap sah untuk mewujudkan perubahan politik. Dengan demikian ukuran radikalisme terletak dalam kecenderungan mengupayakan perubahan sistem yang ada dengan menggunakan kekerasan. Radikalisme yang dipoles dengan semangat dan doktrin jihad melahirkan jihadisme. Istilah ini merujuk pada pemikiran, wacana, dan aksi yang mengesahkan penggunaan kekerasan dengan dalih jihad sebagai strategi untuk mencapai tujuan. Dari jihadisme ini lalu berkembang terorisme Islam. Terorisme adalah puncak aksi kekerasan dimana hal yang paling mendasari terorisme adalah adanya pemikiran dan taktik sistematis yang tujuannya berkait dengan upaya-upaya mengubah sistem dan tatanan politik yang berlaku secara menyeluruh.

 

Genealogi Islam Politik

            Manifestasi islam politik acap kali merupakan cermin persinggungan antara dinamika sosial-ekonomi dan politik yang berlangsung di dataran global dan konteks sosial politik yang berlangsung di tingkat lokal dengan cara mengukuhkan otentisitas dan meneguhakan identitas. Islam politik di dunia Muslim kontemporer berakar pada gerakan puritanisme Islam yang mulai tumbuh pada abad ke-18. Dengan tokohnya Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792) yang mengambil inspirasi dari ajaran-ajaran Taqiy al-Din Ahmad ibn Taymiyyah (1263-1328). Hampir satu abad setelah pengaruh Muhamamd ibn Abdul Wahab menancapkan pengaruhnya di seluruh Semenanjung Arabia, gerakan reformisme Islam atau lebih dikenal sebagai salafisme, berkembang. Hingga dalam perkembangannya, salafisme mengalami krisis politik akibat kepemimipinan yang rapuh, keterpurukan kondisi sosial ekonomi dan imperalisme Barat. Disaat yang sama, ideologi nasionalis yang didasari etnik-kebangsaan muncul dan bersaing satu sama lain. Bermula pada 1930-an Hasan al-Banna (1906-1949) pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Abdul a’la Maududi (1903-1978) pencetus partai Jama’at-i Islami di Indo-Pakistan memperkenalkan gerakan pemikiran yang berusaha mendefinisikan Islam sebagai ideologi politik, berhadapan  dengan ideologi politik besar lainnya di abad ke-20.

            Gerakan pemikiran Islam sebagai ideologi politik ini kemudian berkembang hingga pada tahun 1953, muncul organisasi Hizb al-Tahrir yang didirikan oleh Taqiy al-Din al-Nabhani dengan mengambil inspirasi dari Sayyid Qutb, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin setelah al-Banna. Sementara itu di Asia Selatan, melalui Jamaa’t-i Islami, Maududi mengenalkan slogan ‘Islamisasi dari atas’. Maududi berjuang dari dalam ‘sistem’  untuk mendirikan negara Islam dimana Jamaa’t-i Islami berdiri sebagai partai politik yang sah dan terbuka dan aktif berpartisipasi dalam pemilu di Pakistan. Di tahun 1960, ketika Qutb dieksekusi di tiang gantungan di Mesir, islam politik berkembang dan mengambil bentuk di Iran yang saat itu dipimpin oleh Shah Muhammad Reza Pahlevi. Di saat yang bersamaan, sekelompok ulama yang dipimpin Ayatullah Khomeini juga bergerak melawan Pahlevi dengan mengadopsi posisi anti-modernis yang militan. Pergerakan Khomeini dibantu oleh sosok pemikir dan ideolog Syiah terkemuka, Ali Syariati (1933-1977). Pada tahun 1979 setelah pecahnya revolusi Iran, pemerintahan Shah jatuh dan secara resmi Iran menjadi republik Islam pada 1 April 1979. Pada pertengahan tahun 1980-an, varian baru Wahabisme yang lebih konservatif secara politik berkembang di Saudi Arabia dengan menggunakan bendera gerakan dakwah Salafi. Berbeda dengan pengikut Ikhwanul Muslimin dan Jamaati Islami, Salafi mengambil sikap ‘non-politik’ (apolotical quietism) dan menekankan uapaya menyatukan dan membersihkan tauhid umat dari dosa syirik dan bid’ah. Garis pemikiran semacam ini identik dengan kebijakan Saudi menghambat radikalisme yang terus merambat di tubuh aktivisme Islam pada saat itu.

            Mencermati sejarah pertumbuhannya, Islam politik sebenarnya berkembang sebagai bagian dari dinamika power struggle. Ia dalam banyak hal merupakan protes politik yang terbalut dengan simbol-simbol dan wacana agama. Tonggak perkembangan Islam politik berlangsung menyusul kekalahan dunia Arab dari Israel pada Perang 1967. Hingga pada Desember 1979 perang Afghanistan berlangsung  sejak tentara Uni Soviet datang menginvasi Kabul untuk membela pemerintahan Marxis yang dipimpin Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan menghadapi perlawanan mujahidin. Ideologi jihad yang terbangun selama perang Afghanistan mendapatkan artikulasi dan format baru ketika al-Zawahiri dan bin Laden mengembangkan sebuah visi gerakan jihad: perang melawan jahiliyyahisme harus langsung ke sumbernya yakni kaum Salabis, yang identik dengan Amerika Serikat, sekutunya, dan Zionis Israel. Inilah embrio awal terbentuknya organisasi al-Qaeda yang digambarkan sebagai sejenis merek dagang dan konglomerasi multinasional. Dimana ia bukan organisasi dalam pengertian rigid yang memiliki garis dan struktur komando dari atas sampai bawah. Namun yang pasti mereka semua diikat oleh keyakinan yang sama: jihad sebagai satu-satunya jalan menuju kejayaan.

 

Note :

Ringkasan tentang bab selanjutnya akan saya susulkan dilain hari. Atau daripada menunggu kalian bisa membeli atau mencari bukunya di perpustakaan terdekat.



                [1] Penulis : Noorhaidi Hasan. 214 halaman. Cetakan Pertama : Januari 2012. SUKA Press : Yogyakarta.

                [2] Dalam bukunya, Jihad: The Trail Of Political Islam

Published: By: Thibburruhany - 08.12

Jumat, 15 Januari 2016

Punakawan; Simbol Kesetaraan Kaum Difabel

               

Punakawan; Simbol Kesetaraan Kaum Difabel

                Punakawan dalam terminologi Jawa terdiri dari dua kata yaitu ‘puna’ atau ‘pana’ yang berarti terang, jelas, cermat, dan cerdik. Serta ‘kawan’ yang memiliki arti ‘pamong’ atau teman. Maka punakawan dapat diartikan sebagai teman yang mempunyai kemampuan mencermati, menganalisa, dan mencerna dengan ‘terang’ segala fenomena dalam kehidupan manusia. Menurut sejarawan Slamet Mulyana, tokoh Punakawan yang muncul pertama kali adalah Semar yang terdapat dalam karya sastra Sudamala dari zaman Majapahit.  Dalam pementasan wayang, dalam versi manapun dapat dipastikan Semar selalu ada, meskipun pasangannya berbeda-beda. Pewayangan gaja Jawa tengah menampilkan empat punakawan golongan ksatria yaitu Semar dan ketiga anaknya yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong.  Selain itu ada punakawan golongan raksasa Togog dan Bilung. Dalam versi wayang golek gaya Sunda, ketiga anak Semar bernama Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu gaya Jawa Timuran menyebut pasangan Semar hanya Bagong dan Besut sebagai anaknya Bagong. Versi Bali mengenal punakawan untuk golongan ksatria bernama Tualen dan Merdah, sedangkan pengikut golongan jahat bernama Delem dan Sangut. Namun secara keseluruhan memiliki kesamaan dalam membagi peran Punakawan dalam pementasan wayang yaitu menjadi penasehat spiritual dan politik.

                Punakawan yang dalam pagelaran wayang digambarkan sebagai tokoh yang penuh humor dan selalu keluar pada lakon khusus yang kita kenal dengan sebutan goro-goro ini sebenarnya memiliki banyak filosofi jika di analisa lebih lanjut. Jika kita cermati, tokoh Punakawan ini secara visual memiliki banyak ‘perbedaan’ dengan tokoh lainnya. Semar dengan jari telunjuk yang selalu ‘menuding’ dan bentuk wajah yang menggambarkan kebahagiaan dan kesedihan. Gareng memiliki bentuk tangan yang tidak proporsional, kaki pincang, dan memiliki mata yang juling. Petruk memiliki tangan dan kaki yang panjang, bertubuh langsing, tangan yang tidak sempurna, dan hidung yang ‘terlalu mancung’. Bagong sepintas memiliki banyak kemiripan dengan Semar namun sebenarnya tokoh yang konon diciptakan dari bayangan Semar ini memiliki watak yang berkebalikan dengan Semar dimana Bagong memiliki sifat yang lancang dan kadangkala berlagak bodoh. Serta berbagi tokoh punakawan yang lain dalam berbagai versi selalu digambarkan dalam bentuk manusia yang ‘tidak sempurna’. Namun meskipun begitu, Punakawan memiliki banyak kelebihan seperti sifat kebijaksanaan yang muncul dari pengetahuan yang luas dan tak terbatas.

                Di mata saya, tokoh punakawan dihadirkan untuk mewakili teman-teman difabel untuk mengembalikan dan memposisikan mereka dalam golongan masyarakat yang ‘layak’. Dengan segala kelebihannya tanpa merasa iba dan dikasihani secara terus menerus karena mereka adalah bagian dari kita. Opini saya, jika rasa iba itu dihadirkan secara terus menerus justru akan semakin mengerdilkan posisi mereka. Ini ‘hanya’ seperti orang-orang kidal yang juga membutuhkan kesetaraan dalam hal aksesbilitas, kemudahan untuk mengakses sesuatu hal yang mereka butuhkan. Sederhananya adalah adanya mobil dengan stir di bagian kanan dan ada juga stir di sisi sebelah kiri.

                Seperti tokoh Punakawan, mereka layak untuk dihormati dan disegani tidak hanya oleh para ksatria namun para dewa juga memanggil mereka dengan sebutan ‘kakang’. Mereka ada untuk memberi pelajaran, membawa nasehat, bahkan menjadi penerang seperti arti hadirnya tokoh punakawan dalam kisah pewayangan. Jika, jika memang masyarakat Jawa masih memegang teguh nilai-nilai moralitas yang dijaga dan dilestarikan sebagai khasanah kebudayaan seharusnya kita juga dapat belajar dari filosofi tokoh Punakawan. Dalam hal ini juga sebagai bahan evaluasi berbagai pihak, pemerintah kota dan kabupaten, dimana masih minimnya pemberian ruang-ruang aksesbilitas bagi kaum difabel. Seperti temuan dari teman-teman Warga Berdaya yang melakukan accesibility field test dalam konteks tata ruang perkotaan. Juga bagi lembaga pendidikan, saya agaknya cukup berbangga hati untuk bisa kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang membuka pintu pendidikan untuk teman-teman difabel dengan julukan ‘kampus inklusif’. Ini juga yang menjadi penerang saya secara pribadi karena interaksi yang terjadi dengan teman-teman difabel, salah satunya adalah Akbar yang memiliki keterbatasan dalam pengelihatan. Selain itu, tentu hal ini juga menjadi tugas kita bersama sebagai bagian dari masyarakat yang ‘berdaya’ untuk mewujudkan ketersediaan dan kemudahan akses bagi setiap lapisan masyarakat tanpa terkecuali termasuk didalamnya adalah teman-teman difabel.

                 

Published: By: Thibburruhany - 08.49
#simplehipster

--

 

Ads

http://www.lifestory.cf/