HOLMES YANG MENUA
Preview
film Mr. Holmes; The Man Beyond The Myth
2015.
Crime, Drama, Mystery. a Film by : Bill Condon
Bagi kalian pecinta kisah detektif
Sherlock Holmes yang baru-baru saja ‘dimanjakan’ dengan rilisnya serial BBC
Sherlock Holmes Season 4 – The Abominable Bride jangan lupa juga menonton film
yang satu ini. Sama-sama diproduksi oleh BBC tapi jangan terburu-buru
berkspetasi bahwa film ini memiliki alur yang seru seperti penggunaan mindpalace ala Sherlock ‘Benedict’
Holmes. Film yang mengisahkan akhir perjalanan Sherlock sebagai detektif di
221B Baker Street ini, berjalan dengan tempo dan alur yang sangat lambat.
Selain karena mengusung genre drama, di film ini Sherlock sudah berumur 93
tahun, sakit-sakitan dan rasanya kurang pas juga kalau bermain di tempo cepat.
Tapi tenang, woles, meskipun film ini
berjalan dengan tempo yang lambat, film ini memiliki kedalaman cerita dan kerumitan
konflik tersendiri bagi penontonnya. Di film ini penonton akan dijebak kedalam
tiga konflik dengan seting konflik yang berbeda-beda, pertama konflik Holmes
selama ia tinggal di rumah di sebuah pedesaan yang damai, kedua, Holmes dan kasus terakhirnya, ketiga,
perjalanan terakhirnya di Jepang.
Perang dunia telah berakhir ketika
Holmes meninggalkan Baker Street menuju ke sebuah rumah tinggalnya di sebuah
desa nun-jauh disana. Saat itu Holmes sudah berusia 93 tahun, Dr. John Watson
sudah berumah tangga, dan Mycroft-kakaknya-sudah meninggal. Di rumah itu ia
tinggal bersama Mrs. Munro-housekepper-
dan anaknya Roger. Konflik diawali dengan ingatan Holmes ketika menangani kasus
Mr. Kelmot yang menaruh curiga terhadap istrinya sendiri, Ann. Kasus yang telah
lama usai ini mengusik ingatannya sebab secara tidak sengaja Holmes membaca
kisah kasus itu dari gaya bertutur Dr. Watson yang dibumbui fiksi. Dan Holmes
ingin menulis kisah sebenarnya dari kejadian kasus itu, dari sudut pandangnya
sendiri. Keinginan ia untuk menulis semakin kuat setelah kasusnya itu
diproduksi menjadi sebuah film yang ‘lebay’.
Nah, disinilah konflik semakin rumit karena Holmes tua mengidap penyakit pikun.
Semakin rumit lagi, Mrs. Munro merasa tidak betah dan ingin pindah ke
Portsmouth meskipun anaknya-Roger- menolak untuk ikut.
Well, singkat cerita Holmes berjuang lagi
untuk memunculkan potongan-potongan memorinya yang hilang karena pikun
beruntung Roger ada di pihaknya untuk membantu Holmes menemukan serpihan yang
hilang itu. Kasus terakhir dianggap Holmes sebagai kasus yang spesial karena akhir
yang tragis sebab ia tidak berhasil meyakinkan Ann, alih-alih berhasil ia malah
memilih bunuh diri. Cuplikan dialog Sherlock dalam film Mr. Holmes : “i had successfully deduced the facts of her
case, but i had failed to grasp their meaning. Never had i felt such an
incomprehensible emptiness within myself.” Dalam opini saya, film ini
berusaha menunjukkan bahwa sehebat apapun Holmes, ia tetaplah manusia biasa sebagai
mahkluk sosial yang membutuhkan bantuan orang-orang disekitarnya. Ini sekaligus
menjadi anti-thesis Holmes yang pernah mengatakan bahwa ia adalah seorang sociopath. -Bagi kalian yang mengikuti
serial Sherlock Holmes di BBC Chanel pasti pernah mendengar bahwa ia adalah sociopath bukan psychopath.-
Oke, sebagai pecinta kisah detektif yang
satu ini kalian harus tonton film Mr. Holmes. Ya, satu dua kali memang kadang
agak sebel juga ngeliat Sherlock yang
biasanya berpikir dengan cepat dan tepat berubah jadi Sherlock yang pikun. Tapi
terlepas dari semua itu, saya harus mengacungi jempol dan setuju dengan
pendapat Alex Billington dari First
Showing yang mengatakan bahwa Ian McKellen-pemeran utamanya- is magnificient as Sherlock Holmes.
Selamat menonton dan salam sherlockian
!
About Thibburruhany
Hi, My Name is Hafeez. I am a webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.