RESUME
THE
POLITICAL RELEVANCE OF RELIGION
BUKU
THE ISLAMIC STATE UNDER MUHAMMAD
BAB
DUA MUHAMMAD AS HEAD OF STATE
Thibburruhany
‘The Political Relevance of Religion’ ini
merupakan sub-bab ketiga dimana pada sub-bab pertama adalah pembahasan mengenai
kedudukan Muhammad di bawah payung hukum. Dan sub-bab kedua adalah kedudukan
Muhammad pada saat periode dakwah di Madinah. yang berbicara mengenai relevansi
atau hubungan antara agama dan politik. Dalam sub-bab ketiga ini pembahasan
difokuskan pada relevansi atau hubungan antara agama dan politik. Dimana permasalahan
utama dalam sub-bab ini adalah bagaimana kedudukan Muhammad sebagai seorang
kepala negara sebagaimana dibahas dalam sub-bab pertama dan kedua. Peneliti
sebelumnya seperti Frants Buhl dan Arnold Toynbee menilai bahwa Muhammad adalah
murni tokoh pergerakan spiritual tanpa adanya relevansi politik. Dalam kasus
ini jika melihat kembali bagaimana dalam kurun waktu sepuluh hingga duabelas
tahun dakwah Muhammad tidak memiliki kekuatan politik. Bahkan ketika hijrah ke
Madinah pada 662 M saat secara resmi memulai mengumpulkan kekuatan dakwah
Islam. Saat itu penyebaran agama Islam dinilai sebagai kepentingan politik
semata, hingga turun wahyu yang memberikan jawaban bahwa Muhammad tidak lebih
sebagai pemberi peringatan. Ini diperkuat dalam al-Qur’an ayat 88 juz 22 bahwa
Muhammad bukanlah controller atau
penguasa (musaytir).
Ada
satu catatan penting disini ketika kemudian mendifinisikan peran Muhammad
sebagai nabi atau rasul Allah. Secara
terminologi nabi berarti pembawa pesan dari Tuhan atau orang yang diutus oleh
Tuhan. Al-Qur’an menggunakan kedua term tersebut,
dimana disaat pertama kali menerima wahyu, Muhammad diposisikan dalam pemberi
peringatan. Dan dalam periode dakwah di Madinah, posisinya adalah sebagai rasul. Dimana kata rasul berarti sesorang yang ditugaskan untuk melakukan “sesuatu”
dan sesuatu itu bersifat praktis seperti mengatur suatu hal di Madinah. Jadi, istilah ‘Pembawa Pesan dari Tuhan’
memiliki perbedaan dengan istilah ‘nabi’ bahwa ini mengindikasikan pada praktik
dan aktifitas politik yang merupakan tugas dari Tuhan kepada Muhammad. Jika
kita perhatikan secara seksama tentang relasi antara agama dan politik ini akan
menjadi bahan pertimbangan utama untuk menempatkan agama sebagai dasar
kehidupan seseorang. Dalam hal ini ada dua poin yang menekankan bahwa agama
bukan semata-mata berbicara tentang kadar ketaatan seseorang. Pertama, bahwa
gagasan tentang hukum agama di latar belakangi dari lingkungan dimana ‘dia’
tumbuh dan berkembang. Kedua, karena agama membawa awarness atau kesadaran ke dalam konteks yang lebih luas tentang
motivasi kehidupan seseorang. Dari dua poin tersebut dapat dilihat bahwa agama
memiliki posisi sentral dalam kehidupan seseorang.
Berbicara
mengenai agama sebagai pedoman hidup terpisah dari ritual ibadah, agama juga
mengatur bagaimana mengatur kehidupan moral seseorang. Ummat Islam yang dikenal
memiliki nilai solidaritas yang tinggi membuktikan bahwa Islam memiliki
relevansi yang kuat terhadap politik dan sistem sosial kemasyarakatan. Memang
penempatan seseorang ke surga atau neraka bersifat pribadi (individualistic) ; akan tetapi seiring berjalannya
waktu pemahaman umum umat Muslim bahwa tidak ada seorang pun yang apabila
menjaga keutuhan dan persatuan umat Islam kekal di neraka.
Solidaritas
umat menjadi perhatian khusus sebab selain karena pertimbangan terhadap
keutuhan umat juga mempertimbangkan sejarah bahwa kekuatan politik Muhammad
dalam melakukan aktivitas dakwah yang dijadikan sebagai rujukan utama. Hal ini
juga diikuti dengan minimnya perbedaan antara religiusitas dan sekularitas
dalam Islam. Sebagaimana tergambarkan bahwa agama dalam bahasa Arab dini wa-dunyawi yang memiliki arti
religiusitas didalam kehidupan dunia. Selain itu juga makna konotasi dari kata din dalam bahasa Arab memiliki ruang
lingkup mencakupi hampir seluruh tingkah laku manusia dalam kehidupan. Selain
itu, pengembangan solidaritas dari umat dapat dikatakan menjadi hak dalam
sistem agama Islam, agama Islam juga memiliki pengaruhnya dalam hal politik.
Seperti dalam ritual naik haji di Mekkah, disamping murni karena tujuan
keagamaan, namun juga membantu umat Islam untuk lebih menyadari sepenuhnya
tentang solidaritas umat. Sebab bagaimanapun juga, dengan adanya komunikasi
yang terjalin dengan baik antara seluruh komponen yang ada di dunia, prosesi
haji berjalan secara serasi antar sesama muslim dari negara yang berbeda. Dan
tentu hal ini merupakan kontribusi penting dalam hal potensi kekuatan politik
dari dunia Islam.
About Thibburruhany
Hi, My Name is Hafeez. I am a webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.