RESUME
BUKU
UNHOLY WAR[1]
KARYA JOHN L. ESPOSITO
TERJEMAHAN
ARIF MAFTUHIN[2]
Thibburruhany
Pendahuluan
Lebih
dari satu dekade sejak tragedi World Trade Center (WTC) 11 September 2001
menyisakan perdebatan panjang tentang pertanyaan tentang Islam dan dunia
muslim. Mengapa Islam membenci Amerika? Mengapa Islam lebih militan dari agama
lain? Apakah yang sebenarnya dikatakan oleh al-Qur’an tentang jihad dan perang
suci? Adakah benturan-benturan peradaban antara dunia Barat dan Muslim?
Bagaimanapun juga sekarang ini adalah masa-masa paling penting untuk lebih
banyak belajar tentang Islam dan akar-akar terorisme. Namun sebelum membahas
lebih lanjut permasalahan tersebut, ada baiknya untuk melihat bagaimana bentuk
terorisme ‘modern’ berdasar kasus tragedi 11 September 2001.
Dedengkot
teroris, Osama bin Laden, seperti kaum ekstrimis agama lainnya, adalah produk
dari pendidikan dan pengalaman-pengalaman dalam hidupnya, produk dari dunia
agama yang ia warisi dan ia olah kembali untuk tujuan pribadinya. Seperti dalam
sejarah semua agama di dunia, peperangan dan kekerasan adalah bagian dari
sejarah muslim. Perbedaannya adalah jika dahulu Ayatullah Khomeini dan banyak
pemimpin-aktivisi Islam pernah menyerukan revolusi Islam yang kaffah, baik revolusi yang dengan atau
tanpa kekerasan, namun saat itu kebanyakan gerakan ekstrimis di Afrika Utara
sampai Asia Tenggara hanya berfokus dan berdampak di tingkat lokal atau
regional saja. Osama bin Laden dan al-Qaeda merupakan loncatan besar menuju
jihad internasional, dimana jihad tidak terbatas untuk melawan
pemerintahan-pemerintahan di dunia muslim dan serangan terhadap perwakilan dan
lembaga Barat di negerinya, tetapi menjadikan Amerika dan Barat sebagai target
utama dalam perang-teror yang kotor. Mudahnya dapat dikatakan bahwa bin Laden
dan al-Qaeda merupakan barometer radikalisme Islam kontemporer.
Bin
Laden dan kaum teroris lainnya mengeksploitasi otoritas masa lalu (Muhammad,
al-Qur’an, dan sejarah Islam) untuk alasan agamis, preseden, dan penafsir
radikal dalam membenarkan seruan jihad. Mereka mengabsahkan perang, teror, dan
bom bunuh diri sebagai mati syahid. Wajiblah, untuk memahami agama dan sumber
historis dari keyakinan, nilai-nilai, taktik, dan tindakan mereka. Apakah
mereka telah membajak Islam demi tujuan-tujuan kotor mereka, ataukah mereka,
seperti klaim mereka, benar-benar merepresentasikan sikap kembali pada ajaran otentik
agama?
Muhammad,
al-Qur’an, dan Jihad
Sejarah
umat Islam dari zaman Muhammad sampai sekarang dapat dibaca dalam kerangka apa
yang diajarkan al-Qur’an mengenai jihad. Dua makna umum jihad, tanpa atau
dengan kekerasan dibedakan dalam sebuah hadist yang menceritakan Muhammad
pulang dari pertempuran, ia memberi tahu kepada pengikutnya, “Kita sekarang
tengah pulang dari jihad yang kecil ke jihad yang lebih besar.” Jihad yang
lebih besar adalah perang yang lebih sulit dan penting untuk melawan hawa
nafsu, egoisme, dengki, dan kejahatan. Dengan memahami berbagai bentuk
penafsiran jihad sepanjang sejarah muslim maka akan terlihat jelas perbedaan
antara organisasi teroris di satu pihak dan masyarakat muslim di pihak yang
lain.
Sejarah
dakwah Muhammad mengajak masyarakat untuk berusaha keras dan berjuang (jihad)
memperbaikii komunitas mereka dan mewujudkan kehidupan yang baik yang
didasarkan pada iman agama dan bukan pada loyalitas kepada suku mereka. Ini
tercatat merupakan salah satu konsep revolusioner yang digagas oleh Muhammad
dalam menentang bangsa Arab saat itu. Konsep ini disebut sebagai ‘jihad
pembelaan diri’ yang muncul dalam ayat-ayat awal al-Qur’an, diwahyukan sesudah
hijrah ke Madinah ketika Muhammad dan pengikutnya mengetahui bahwa mereka akan
dipaksa berjuang untuk hidup mereka: “Telah diijinkan berperang bagi
orang-orang yang diperangi karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuasa untuk menolong mereka.” (Q.S 22: 39). Watak defensif
jihad kemudian diperkuat dalam Q.S al-Baqarah ayat 190. Dari tahun 662 M,
sampai saat-saat kritis Muhammad menerima wahyu dari Tuhan yang menjadi pedoman
untuk berjihad. Al-Qur’an memberikan pedoman yang mendetil tentang aturan main
perang: siapa yang wajib berperang dan siapa yang tidak (Q.S 48 : 17), kapan
permusuhan harus dihentikan (Q.S 2 : 192), bagaimana para tawanan perang harus
diperlakukan (Q.S 47 : 4). Teladan sang nabi dan hukum Islam memberikan jawaban
atas pertanyaan bagaimana umat Islam mesti bertindak dan menjadi petunjuk bagi
keputusan dan perilaku orang muslim.
Gerakan
Jihad Revolusioner
Dunia
Islam awal, seperti di kebanyakan masyarakat muslim saat ini menghadapi teror
dari gerakan-gerakan ekstrimis agama. Kaum Khawarij dan Assasins (Ismailiyah Nizariyah) merupakan contoh awal tentang
perselisihan yang dapat menggiring pada perang kotor mengatasnamakan Islam.
Hingga pada abad kedelapan belas, dunia Islam mengalami gelombang revivalisme
Islam yang menjadi kunci untuk memahami benak para reformis dan ekstrimis hari
ini. Di abad ini ide-ide gerakan Wahabi di Arabia merupakan salah satu contoh
revivalisme yang sangat terkemuka dengan tokohnya Muhammad ibn Abd al-Wahhab
(1703-1791). Setelahnya kemudian muncul para perintis Revolusi Islam seperti
Hassan al-Banna (1906-1949) yang mendirikan Ikhwanul Muslimin Mesir, Maududi (1903-1979)
mendirikan Jamaati-Islami di Pakistan. Dan Sayyid Qutb (1906-1966) yang
menggunakan dan meradikalkan ide-ide al-Banna dan Maududi. Dimana ia
meninggalkan warisan ideologi yang memadukan semua bentuk jihad historis yang
utama, mulai dari reformasi Muhammad sampai ekstrimis Khawarij dan Ismailiyah
Nizariyah. Dalam waktu singkat, interpretasi Qutb yang lebih radikal, menjadi
mode utama bagi organisasi-organisasi aktivis yang baru di seluruh dunia
muslim.
Pembaruan
Islam dan Barat
Benturan
peradaban antara Islam dan Barat memang tidak dapat terelakkan paska tragedi 11
September 2001 di Amerika Serikat namun hal ini juga memaksa banyak pembuat
kebijakan, pengamat, media, dan khalayak ramai di Barat untuk menyadari betapa
sedikitnya pengetahuan yang sebenarnya mereka miliki tentang agama Islam.
Sekarang perjumpaan Islam dengan Barat dan perlunya pembaruan Islam sedang
ditanggapi oleh para intelektual, pemimpin agama, maupun para aktivis. Seperti
gerakan-gerakan modernis Islam pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad
kedua puluh, para intelektual dan aktivis Islam saat ini terus melanjutkan
proses modernisasi dan pembaruan Islam. Namun demikian, para pembaru sekarang
mewakili sebuah tahapan baru yang kreatif dalam hal bahwa mereka tidak hanya merumuskan
kembali Islam secara konseptual, tetapi juga menerapkan ide-ide mereka lewat
jabatan di pemerintahan dan gelanggang publik. Tokoh yang terlibat dalam suara
pembaruan Islam dan dialog peradaban ini antara lain adalah pertama, Anwar
Ibrahim, mantan deputi perdana menteri Malaysia dengan terma Convencia Global. Kedua, Mohammad
Khatami, mantan presiden Republik Islam Iran yang mengusung terma Dialog
Antarperadaban. Dan tokoh ketiga adalah Abdurrahman Wahib, mantan presiden
Republik Indonesia, yang menyuarakan konseo Islam Kosmopolitan dan Keragaman
Global. Ketiga tokoh tersebut telah memainkan peran penting dalam
mendefinisikan terma-terma untuk dialog antarperadaban, dan bukannya benturan
peradaban.
Meskipun
demikian, satu hal yang patut juga memerlukan pembaruan ada di pihak Amerika
Serikat sebagai representasi kekuatan Barat. Adalah kebijakan luar negeri
Amerika di Dunia Islam, pertama adalah sikap keras Amerika terhadap Yasser
Arafat tetapi berlaku lunak terhadap kebijakan agresif dan brutal Perdana Menteri
Israel Ariel Sharon di Tepi Barat dan Gaza, dan catatan dukunagan AS yang
membabi buta dan relatif lama kepada Israel. Kedua, dampak sanksi terhadap
lebih dari setengah juta anak-anak Iraq yang tak berdosa dengan sedikit efek
kepada Saddam Hussein dan sanksi terhadap Pakistan, sementara standar yang sama
tidak digunakan terhadap India dan Israel atar program-program nuklir mereka. Perang
melawan terorisme global mestinya tidak menjadi lampu hijau bagi rezim otoriter
di dunia muslim untuk menekan oposisi damai, tidak pula membenarkan kemerosotan
prinsip dan nilai penting di dalam negeri dan di luar negeri Amerika Serikat.
Kajian ulang dan perumusan ulang jika perlu mengenai kebijakan luar negeri
Amerika Serikat akan sangat berarti untuk secara efektif membatasi dan
membendung terorisme global. Kegagalan untuk melakukan hal ini hanya akan
melestarikan budaya dan nilai otoriter, sekuler maupun religius, dan
anti-Amerikanisme.
About Thibburruhany
Hi, My Name is Hafeez. I am a webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.