STUDI
KASUS
ANALISIS
FRAMING PEMBERITAAN PELARANGAN RAPAT DI HOTEL
DI
KORAN TRIBUN JOGJA edisi 5 DESEMBER 2014
Thibburruhany - 1021011
A.
Pendahuluan
Menurut Entman, framing bisa menjadi
paradigma penelitian komunikasi. Framing misalnya dapat dipakai untuk beberapa
konsep. Pertama, otonomi khalayak.
Bagaimana khalayak menafsirkan simbol dan pesan. Bagaimana sebuah teks dibaca
secara dominan oleh khalayak dan kenapa teks dibaca dengan cara pandang
tertentu dan bukan dengan cara lain. Kedua, praktik jurnalistik. Ranah
penelitian ini melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan. Apa yang
dilihat oleh wartawan pertama kali ketika ia meliput peristiwa, kenapa ia
melihat aspek tertentu, alasan apa yang menyebabkan ia melihat dengan cara
tertentu bukan dengan cara yang lain. Bagaimana wartawan membuat satu informasi
yang menonjol dibandingkan informasi lain, faktor apa yang menyebabkannya.
Ketiga, analisis isi. Dalam analisis isi tradisional, yang diukur oleh peneliti
adalah bagaimana kecenderungan pemberitaan di suatu media, apakah positif atau
negatif dari suatu teks. Namun di sini, teks dipandang sebagai suatu yang
linier. Sama sekali tidak diperhatikan bahwa dalam teks ada penonjolan yang
mempengaruhi pembacaan suatu teks. Keempat, pendapat umum. Penelitian dalam
ranah ini sangat banyak misalnya dalam jejak pendapat bagaimana pertanyaan yang
disusun dengan frame tertentu mempengaruhi jawaban khalayak. Atau bagaimana
seorang kandidat atau politisi yang mengemas isu dalam cara tertentu dan
menonjolkannya berpengaruh terhadap khalayak atas suatu isu.
Kata Kunci
: pemilihan isu, penonjolan aspek
B.
Perangkat
Framing
Entman melihat framing dalam dua
dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu
dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih
bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Dalam
praktiknya framing digunakan media untuk menyeleksi isu tertentu dan
mengabaikan isu yang lain; menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan
menggunakan berbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok (menempatkan di
headline depan atau bagian belakang) pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian
label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa tertentu, asosiasi terhadap
simbol budaya, generalisasi, simplifikasi. Semua aspek tersebut digunakan untuk
membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna
C.
Konsepsi
Entman
Framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana
untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang
diwacanakan.
·
Define Problem
– Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat ? Sebagai apa ? Atau sebagai masalah
apa ?
·
Diagnose causes
– Peristiwa dilihat disebabkan oleh apa ? Apa yang dianggap sebagai penyebab
dari suatu masalah ? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah ?
·
Make moral judgement
– Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah ? Nilai moral apa
yang dipakai untuk melegitimasi atau mendeligitimasi suatu tindakan ?
·
Treatmen Recomendation
– Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu ? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah ?
D.
Studi
Kasus
Isu ini mengemuka dan menjadi bahan
perbincangan khalayak ketika muncul kebijakan dari pemerintah yang melarang
rapat-rapat instansi negara di hotel/ resort/ villa. Ada dua pandangan yang
berkembang di seputar kasus ini. Ada yang menanggapi positif kebijakan ini
karena menganggap bahwa kebijakan ini akan menghemat anggaran rapat pejabat dan
instansi pemerintahan. Seperti tertulis dalam republika.co.id; Jum’at, 21
November 2014 :
“Sekretaris
Daerah Kota Tasikmalaya, Idi S. Hidayat penghematan dalam APBD 2015 cukup besar dengan adanya efisiensi
pengeluaran. "Dana yang bisa dihemat sebesar
Rp 5,3 miliar.”
Di pihak lain, Tribun Jogja sebagai
salah satu harian terbesar menganggap bahwa kebijakan ini memiliki dampak
serius terhadap perkembangan bisnis hotel di Jogja. Disebutkan juga bahwa
kerugian bisa mencapai 7 milyar. Selain
itu ada lagi alasan bahwa pelarangan rapat di hotel bisa memicu pemutusan
hubungan kerja di hotel yang pada akhirnya hanya akan meningkatkan angka
pengangguran.
E.
Skema
Perangkat Framing Robert N. Entman
Problem
Identification |
Tribun
Jogja mengidentifikasi isu kebijakan ini sebagai masalah politik dan geliat
ekonomi di lokal Jogja. |
Causal
Interpretation |
Pemerintah
pusat ini ditempatkan sebagai sebab yang mengakibatkan berbagai masalah
tersebut. Dan para pengusaha perhotelan ditempatkan sebagai korban |
Moral
Evaluation |
Penilaian
atas kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat ini menekankan bahwa
kebijakan ini tidak seharusnya dikeluarkan |
Treatment
Recomendation |
Tribun
Jogja merekomendasikan agar wacana ini mendapat perhatian dari PHRI dan
instansi terkait untuk saling bahu-membahu mempromosikan Yogyakarta sebagai
destinasi wisata untuk menggaet lebih banyak wisatawan |
a.
Problem
Identification
Tribun Jogja mengidentifikasi isu
kebijakan ini sebagai masalah politik dan geliat ekonomi di lokal Jogja. Ada
beberapa alasan kenapa kita bisa mengatakan bingkai politik dan ekonomi lokal
Jogja sebagai bingkai yang dominan dalam pemberitaan Tribun Jogja. Pertama, semua masalah ditarik kedalam
wilayah ekonomi lokal sebagai wacana politik nasional yang menjadi pemantiknya.
Bahwa kemudian dalam pemberitaannya Tribun Jogja mengungkapkan bahwa pelarangan
ini bisa berakibat terhadap angka penghasilan dan angka pengangguran. Juga
berkaitan dengan bagaimana geliat pariwisata di Jogjakarta. Kedua, kasus ini ditempatkan di bagian
headline depan harian Tribun yang secara tidak langsung melihat bagaimana isu nasional
ini adalah bagian yang penting untuk menjadi wacana lokal bagaimana pengaruh
politik pemerintahan dengan geliat industri pariwisata di Jogjakarta. Ketiga, sebagai konsekuensi dari melihat
masalah ini dari sudut pandang politik dan ekonomi lokal, sumber berita yang
diwawancarai adalah sumber berita yang berlatar belakang politisi dan pebisnis.
b.
Causal
Interpretation
Dalam keseluruhan berita Tribun
Jogja, pemerintah pusat diposisikan sebagai penyebab masalah. Pemerintah pusat
ini ditempatkan sebagai sebab yang mengakibatkan berbagai masalah tersebut. Dan
para pengusaha perhotelan ditempatkan sebagai korban. Ini misalnya dapat
dilihat dari bagaimana teks berita tersebut menempatkan penilaian lebih banyak
kepada pengusaha perhotelan daripada pemerintah pusat. Salah satunya adalah
pendapat dari Istidjab M. Danunagoro.
“Di Yogya, ada 68 hotel bintang.
Jika tiap hotel merugi rata-rata Rp 100 Juta maka kerugian bisa Rp 6,8 hingga 7 miliar. Kemarin saja Hotel
Inna Garuda sudah lapor merugi Rp 1,6
miliar akibat pembatalan rapat-rapat pada Desember hingga Maret 2015.”
c.
Moral
Evaluation
Penilaian atas kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah pusat ini menekankan bahwa kebijakan ini tidak
seharusnya dikeluarkan sebagaimana pemberitaan Tribun Jogja yang menyebutkan
bahwa :
“Ia khawatir. Kondisi saat krisis
moneter 1998 kembali terulang. Saat itu, pengusaha hotel merugi hingga 50 persen”
d.
Treatment
Recomendation
Atas semua akibat dari masalah ini,
Tribun Jogja merekomendasikan agar wacana ini mendapat perhatian dari PHRI dan
instansi terkait untuk saling bahu-membahu mempromosikan Yogyakarta sebagai
destinasi wisata untuk menggaet lebih banyak wisatawan. Karena jika
mengandalkan pemerintah saja tidak cukup.
About Thibburruhany
Hi, My Name is Hafeez. I am a webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.